Rabu, 16 Desember 2015
Senin, 07 Desember 2015
Jumat, 04 Desember 2015
Tindakan Hybrid VSD closure di RSMH Palembang
RSMH Sukses Melakukan
Operasi jantung
bawaan anak
“Kondisi ini terjadi sejak anak lahir, pada dinding pemisah di bilik kiri dan
kanan,”ungkapnya, saat dibincangi Sumatera Ekspres diruang kerjanya, kemarin
(2/12). Dia menjelaskan, gejala VSD sendiri tergantung dari besar kecilnya
lubang atau cela pada septum.
Jika lubangnya kecil, maka tidak ada gejala khusus, tapi dokter bisa
mendengarkan adanya jantung yang tidak normal dari bunyinya. Sedangkan jika
besar, gejalanya berupa berat badan sulit naik atau gagal tumbuh. “Infeksi
saluran nafas yang berulang-ulang, seperti batuk yang berulang, sesak nafas,
dengan gejala ini anak tidak bisa tumbuh dengan maksimal,”jelasnya.
Dalam penanganan VSD pada anak bisa dilakukan dengan tindakan operasi, yakni
operasi jantung terbuka, Transkateter Closure (dengana lat dengan device VSD)
dan Hybrid VSD Closure atau Minimal Invasive VSD Closure.
Pada operasi jantung terbuka,
bisa dilakukan pada semua pasien VSD. Hanya saja, kelemahan dalam tindakan ini
adalah RS harus menyiapkan ruang ICU, perawatan jadi lebih lama, karena
menggunakan mesin pompa jantung. “Pengobatan pasca operasi jadi lebih komplek
dan luka operasi lebih besar yakni sepanjang tulang dada,” tambahnya.
Sedangkan pada tindakan
Transkateter Closure, menggunakan alat dan jantung tetap berdenyut. Pada
tindakan ini, pasca operasi bisa langsung keruang kamar rawat inap, hanya saja
untuk pasien VSD yang kecil akan sulit dikerjakan. Tindakan lain yakni Hybrid
VSD closure atau Minimal Invasive VSD Closure yang baru dikerjakan pertama di
Sumsel, setelah sebelumnya di Surabaya. “Bisa pada pasien kecil, missal
pada usia 2 tahun dengan berat 10 kg. luka operasi 3-4 cm,” katanya.
Keuntungan dalam tindakan ini
bisa menutup lubang pada anak-anak dengan usia muda, setelah proses tindakan
bisa langsung ke kamar rawat inap. Dia mengatakan, sebelum melakukan operasi
pasien tidak boleh demam, sedang tidak batuk, rekam jantung ulang, berat badan
ideal bisa dengan 10 Kg. “Pada Negara sangat maju, anak dengan berat 3 Kg sudah
bisa dilakukan,
Syifa Kirana, Anak
4 Tahun Menderita Bocor Jantung Bawaan Sejak Lahir
Tak Kenyang-Kenyang Diberi ASI, Nyatanya Bocor Jantung
Bawaan
Syifa Kirana, Anak 4 Tahun Menderita Bocor
Jantung Bawaan Sejak Lahir
Sekilas tak ada yang berbeda dengan balita
pasangan Ria Indah (29) dan Anam Bastari AR (31) ini, Syifa tumbuh seperti
anak-anak kebanyakan hanya saja sejak satu minggu dilahirkan, Shifa terdiagnosa
mengalami kebocoran pada jantung berukuran 4-5 Mili Meter yang harus dioperasi
pada usianya 4 tahun. Ini ceritanya ?
Seperti pada hari-hari sebelumnya, ruang rawat
inap kemuning atau bangsal anak terlihat lenggang pagi kemarin. Petugas medis
sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk diatas meja kerjanya, ada juga
beberapa petugas medis hilir mudik dari satu kamar ke kamar lain. Suasana lenggang.
Sementara, di lorong-lorong bangsal petugas kebersihan juga ikut sibuk
membersihkan lantai.
Naik kelantai dua, beberapa dokter spesialis anak telah menunggu dan menyapa
dengan ramah. “Halo, selamat pagi. Apa kabar ?, “ Sapa dr Ria Nova Sp A (K).
Dengan senyum ramah, sang ibu, Ria Indah bercerita penyakit yang diderita sang
buah hati yang sudah dirasakan sejak sang anak lahir 20 Oktober 2011 lalu.
Syifa lahir normal, hanya saja pada usia satu minggu terlihat kelainan pada
Syifa. Dengan ASI eksklusif, Syifa terlihat ngos-ngosan saat menyusi dan harus
berhenti setiap lima menit. Tak hanya itu, Syifa juga seperti tak kenyang.
“Seperti lama kenyangnya,
sebentar-sebentar nangis minta ASI lagi. Trus, dia juga gampang sekali demam,”
katanya. Karena merasa tak nyaman dengan kondisi tersebut, Ria memutuskan untuk
membawa Syifa ke dokter anak untuk berkonsultasi.
Pada usia dua minggu, dari hasil
pemeriksaan dokter terdengar suara kebocoran pada jantungnya hingga langsung
dirujuk pada dokter spesialis jantung anak dan benar saja, jantung Syifa
mengalami kebocoran 4-5 mili meter. “Tidak ada keluhan, hanya saja dia (Syifa)
gampang sekali terserang flu,” tambahnya.
Alternatif terbaik disarankan
dengan tindakan operasi Hybrid VSD Closure Minimal Invasif VSD Closure, yang
sebelumnya harus melakukan control setiap satu bulan, tiga bulan, enam bulan
dan satu tahun. Bahkan, Syifa juga tidak bisa konsumsi sembarang obat jika sedang
sakit dan harus atas rekomendasi dr Ria Nova. Syifa juga tidak bisa terlalu
lelah yang membuat kerja jantungnya terganggu.
Akhirnya, pada 25 November lalu,
Syifa menjalani operasi yang memakan waktu satu jam lima puluh menit dan kini
anak kedua Ria ini masih dalam tahap pemulihan. “Semoga terus membaik, tapi
memang pasca operasi lebih enak tidak terlihat ngos-ngosan dan lebih seger,”
lanjut dia.
Pola makan Syifa juga terus
dalam penjagaan ketat. Dirinya selalu memasak sendiri makanan yang akan di
konsumsi tentunya tanpa penyedap rasa tambahan. Dia mengaku, pada awal
kehamilan anak keduanya itu, dirinya sempat tidak menyadari bahwa dirinya
sedang hamil dan mengalami shock berat saat mendapatkan kabar duka meninggal
orang tuanya.
Dalam kondisi hamil muda, dirinya
melakukan perjalanan hingga delapan jam dan tidak mengkonsumsi makanan.
“Namanya dalam kondisi berduka, jadi tidak terasa lapar, melakukan perjalanan
jauh juga, bahwa penting bagi ibu hamil untuk menjaga kondisinya dan saya
berharap kondisi Syifa terus membaik,” harapnya. (*)
VSD (Ventrikal Septa Defect) yakni
penyakit jantung bawaan tidak biru ditandai dengan terdapatnya defek atau
lubang pada septum yang membatasi bilik kiri dengan bilik kanan. Angka kejadian
VSD adalah 25 persen dari seluruh penyakit jantung bawaan.
(Liputan Suhaimi/Humas RSMH)
Kamis, 03 Desember 2015
BERITA MEDIA CETAK JUMAT TANGGAL 4 DESEMBER 2015
BERITA MEDIA CETAK KAMIS TANGGAL 3 DESEMBER 2015
Langganan:
Postingan (Atom)