Jumat, 04 Desember 2015

Tindakan Hybrid VSD closure di RSMH Palembang


RSMH Sukses Melakukan 
Operasi jantung bawaan anak


Dr Ria Nova Sp A (K), spesialis anak Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang mengatakan, anak yang menderita VSD akan timbul gangguan pada jantung. Namun, tergantung dari besar dan kecilnya lubang atau cela pada septum yang membatasi bilik kiri dengan bilik kanan, makin besar lubangnya maka akan makin besar gejala yang ditimbulkan.

            “Kondisi ini terjadi sejak anak lahir, pada dinding pemisah di bilik kiri dan kanan,”ungkapnya, saat dibincangi Sumatera Ekspres diruang kerjanya, kemarin (2/12). Dia menjelaskan, gejala VSD sendiri tergantung dari besar kecilnya lubang atau cela pada septum.
            Jika lubangnya kecil, maka tidak ada gejala khusus, tapi dokter bisa mendengarkan adanya jantung yang tidak normal dari bunyinya. Sedangkan jika besar, gejalanya berupa berat badan sulit naik atau gagal tumbuh. “Infeksi saluran nafas yang berulang-ulang, seperti batuk yang berulang, sesak nafas, dengan gejala ini anak tidak bisa tumbuh dengan maksimal,”jelasnya.

            Dalam penanganan VSD pada anak bisa dilakukan dengan tindakan operasi, yakni operasi jantung terbuka, Transkateter Closure (dengana lat dengan device VSD) dan Hybrid VSD Closure atau Minimal Invasive VSD Closure.

Pada operasi jantung terbuka, bisa dilakukan pada semua pasien VSD. Hanya saja, kelemahan dalam tindakan ini adalah RS harus menyiapkan ruang ICU, perawatan jadi lebih lama, karena menggunakan mesin pompa jantung. “Pengobatan pasca operasi jadi lebih komplek dan luka operasi lebih besar yakni sepanjang tulang dada,” tambahnya.

Sedangkan pada tindakan Transkateter Closure, menggunakan alat dan jantung tetap berdenyut. Pada tindakan ini, pasca operasi bisa langsung keruang kamar rawat inap, hanya saja untuk pasien VSD yang kecil akan sulit dikerjakan. Tindakan lain yakni Hybrid VSD closure atau Minimal Invasive VSD Closure yang baru dikerjakan pertama di Sumsel, setelah sebelumnya di Surabaya. “Bisa pada pasien kecil, missal pada usia 2 tahun dengan berat 10 kg. luka operasi 3-4 cm,” katanya.

Keuntungan dalam tindakan ini bisa menutup lubang pada anak-anak dengan usia muda, setelah proses tindakan bisa langsung ke kamar rawat inap. Dia mengatakan, sebelum melakukan operasi pasien tidak boleh demam, sedang tidak batuk, rekam jantung ulang, berat badan ideal bisa dengan 10 Kg. “Pada Negara sangat maju, anak dengan berat 3 Kg sudah bisa dilakukan,



Syifa Kirana, Anak 4 Tahun Menderita Bocor Jantung Bawaan Sejak Lahir



Tak Kenyang-Kenyang Diberi ASI, Nyatanya Bocor Jantung Bawaan
Syifa Kirana, Anak 4 Tahun Menderita Bocor Jantung Bawaan Sejak Lahir
 

Sekilas tak ada yang berbeda dengan balita pasangan Ria Indah (29) dan Anam Bastari AR (31) ini, Syifa tumbuh seperti anak-anak kebanyakan hanya saja sejak satu minggu dilahirkan, Shifa terdiagnosa mengalami kebocoran pada jantung berukuran 4-5 Mili Meter yang harus dioperasi pada usianya 4 tahun. Ini ceritanya ?

Seperti pada hari-hari sebelumnya, ruang rawat inap kemuning atau bangsal anak terlihat lenggang pagi kemarin. Petugas medis sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk diatas meja kerjanya, ada juga beberapa petugas medis hilir mudik dari satu kamar ke kamar lain. Suasana lenggang. Sementara, di lorong-lorong bangsal petugas kebersihan juga ikut sibuk membersihkan lantai.
            Naik kelantai dua, beberapa dokter spesialis anak telah menunggu dan menyapa dengan ramah. “Halo, selamat pagi. Apa kabar ?, “ Sapa dr Ria Nova Sp A (K).
            Masuk ke salah satu kamar rawat inap, terlihat beberapa pasien anak-anak berbaring di tempat. Salah satunya Syifa Kirana yang baru berusia 4 tahun. Syifa terlihat lebih pendiam dibandingkan anak-anak lainnya, Syifa tidak rewel, tidak menangis, juga tidak banyak bicara. Dalam kamar rawat inap itu Syifa tak sendiri ada tiga anak lain yang mengalami kebocoran jantung bawaan serupa yakni Chrisna Theo Patrick Neggolan (2),  Andika Saputra (6) dan Maria Effata (3). Terlihat balutan perban di dada, Syifa hanya bersandar di pelukan sang ibu yang setia mendampinginnya.
            Dengan senyum ramah, sang ibu, Ria Indah bercerita penyakit yang diderita sang buah hati yang sudah dirasakan sejak sang anak lahir 20 Oktober 2011 lalu. Syifa lahir normal, hanya saja pada usia satu minggu terlihat kelainan pada Syifa. Dengan ASI eksklusif, Syifa terlihat ngos-ngosan saat menyusi dan harus berhenti setiap lima menit. Tak hanya itu, Syifa juga seperti tak kenyang.

“Seperti lama kenyangnya, sebentar-sebentar nangis minta ASI lagi. Trus, dia juga gampang sekali demam,” katanya. Karena merasa tak nyaman dengan kondisi tersebut, Ria memutuskan untuk membawa Syifa ke dokter anak untuk berkonsultasi.

Pada usia dua minggu, dari hasil pemeriksaan dokter terdengar suara kebocoran pada jantungnya hingga langsung dirujuk pada dokter spesialis jantung anak dan benar saja, jantung Syifa mengalami kebocoran 4-5 mili meter. “Tidak ada keluhan, hanya saja dia (Syifa) gampang sekali terserang flu,” tambahnya.

Alternatif terbaik disarankan dengan tindakan operasi Hybrid VSD Closure Minimal Invasif VSD Closure, yang sebelumnya harus melakukan control setiap satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan satu tahun. Bahkan, Syifa juga tidak bisa konsumsi sembarang obat jika sedang sakit dan harus atas rekomendasi dr Ria Nova. Syifa juga tidak bisa terlalu lelah yang membuat kerja jantungnya terganggu.

Akhirnya, pada 25 November lalu, Syifa menjalani operasi yang memakan waktu satu jam lima puluh menit dan kini anak kedua Ria ini masih dalam tahap pemulihan. “Semoga terus membaik, tapi memang pasca operasi lebih enak tidak terlihat ngos-ngosan dan lebih seger,” lanjut dia.

Pola makan Syifa juga terus dalam penjagaan ketat. Dirinya selalu memasak sendiri makanan yang akan di konsumsi tentunya tanpa penyedap rasa tambahan. Dia mengaku, pada awal kehamilan anak keduanya itu, dirinya sempat tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil dan mengalami shock berat saat mendapatkan kabar duka meninggal orang tuanya.

Dalam kondisi hamil muda, dirinya melakukan perjalanan hingga delapan jam dan tidak mengkonsumsi makanan. “Namanya dalam kondisi berduka, jadi tidak terasa lapar, melakukan perjalanan jauh juga, bahwa penting bagi ibu hamil untuk menjaga kondisinya dan saya berharap kondisi Syifa terus membaik,” harapnya. (*)

VSD (Ventrikal Septa Defect) yakni penyakit jantung bawaan tidak biru ditandai dengan terdapatnya defek atau lubang pada septum yang membatasi bilik kiri dengan bilik kanan. Angka kejadian VSD adalah 25 persen dari seluruh penyakit jantung bawaan.

(Liputan Suhaimi/Humas RSMH)